Jumat, 02 Desember 2016

Cerpen SMK

 HARI DIMANA LAMPU MERAH MENYALA

hari demi hari yang menengkam selalu dilalui oleh siswa SMA yang kini duduk dikelas 11. ia dulu dikelas 10 sangat rajin baik dibidang bersih-bersih dan belajar. ada ulangan ataupun tidak ia sering belajar tanpa mengharap imbalan. tulus dan suci bsa dibilang gadis yyang kerap dipanggil Rara. 
siwa sma ini terkenal dengan tingkahnya yang pemalu dan asik buat diajak ngobrol.  Rara sering medapat juara dan pujian saat ia kelas 10. tapi semuanya berbanding terbalik semenjak ia duduk dikelas 11. 
          
   saat ini ia sedang menghadapi UAS yang sangat mencengkang bagi setiap siswa SMA. semua rajin belajar dan saling mengajari, namun tidak untuk gadis 17 tahun ini. "Aduh buat apa juga belajar toh juga bakal remidian" ia sering medengar ungkapan itu dari teman-temmannya. Hampir semua temanya berkata seperti itu. akhirny Rara pun terkontaminasi untuk tidak belajar saat UAS. 

   hari pertama ulngan ia menjawab dengan rumus CAP CIP CUP. ia masih juga dipengaruhi oleh temannya yang berkata " iss kecil dah aku dapat ulangan Fisika" ia pun berkata " sama aku juga kayak gitu" tiba-tiba hari kedua ia sakit dan tak fokus belajar, ia hanya berbaring di tempat tidur. di hari keempat tepatnya mata pelajaran yang paling terakhir ia menjawab dengan serius. 15 menit sebelum ulangan berakhr ia mersa ngantuk lalu dengan sengaja ia mengambil soal adik kelasnya yang duduk disebelah. Rara membaca soal itu dengan seksama. dalam hatinya Rara berkata " oh ternyata soalnya sama seperti aku kelas 10 dulu" 
    
    Tiba-tiba tak ada angin tak ada huJan pengawas memfoto Rara pas ia sedang membaca. belpu berbunyi tanda ulangan telah berakhir. pengawas itu berkata " saya minta waktu sebentar ya " lau si pengawas ceramah tentang masa lalunya yang silam dan memottivasi para siswa agar giat belajar. Rara pun menikmati dan mendengar setiap patah kata yang keluar dari bibirnya. saat itu rara belum menyadari bahwa dirinyalah yang diceramahi seperti itu. di kalimat terkahir saat salah seorag siswa bertanya kenapa pak. " gak pokoknya saya akan laporkan ini"

      Tepat pukul 3 lebih Rara dipanggil diminta untuk datang ke ruang guru. ia belum sadar kenapa ia dipanggil. Sampailah Rara di ruang itu, "kenapa pak, buk saya dipanggil" dengan polos bertanya dan memegang baju berwarna ping yang ia kenakkan. "ya dduk aja"

     foto itupun ditunjukan ke Rara. " apa maksundya ini, say minta konfirmasi dari kamu Ra"
Rara menjawab dengan jujur, bahwa ia tak berniat apaun untuk mengambil soal itu, ia hanya iseng dan mencegah kantuk saat ulangan berlangsung. "Tapi saya sudah pernah SMA saya sudah paham betul gimana gerak-gerik orang curang dalam ulangan''. Rara pun menangis dan seua hening melihat Rara menngis. tak terkeculai oseorang guru yangsempat meledeknya saat ia bersalah. 
  
       setelah itu rara tak menjawab lagi, "sejujurnya kalau aku mau benar aku bisa berada pada posisi yang benar, namun aku sudah 17 tahu dan sudah cukup dewasa untuk berfikir apa yang terjadi setelah aku berkata yang sesungguhnya tentang pengawas yang pertama.  ia pun mengambil buku saku utnuk disisi pelanggaranya. Rara bersedih, sebab ia telah berjanji diusianya yang ke 17 ia tak akan lagi meneteskan air matanya, namun ia melanggar perintah dan malah menagis. Rara berlai saat hujan deras mengguyur dirinya basah kuyup dan duduk termenung di kebun sekolah saat hujan deras mengguyru dirinya.

      di kebun itulah ia enagis sendiri dan menyalahkan diri. "nnghek...... ngheekkkkkkk  aku telah banyak mengecewakan orang dan aku telah membuat orang lain yang tak salah menjadi salah." Rara berkata sambil menangis. keesokan harinya Rara menghukum diriny dan tidak mkan seharian. tapi itu tak mampu ia lakukan dan memberi dampak yang buruk terhadap nilainya. ia hanya tak makan 2 kali kurang lagi sekali dari perjanjian.

      Rara pun menikmati enaknya makanan saat dua kali belum makan. pada malam hari ia melihat iorang yang menjadi WAKASEK di sekolahnya. ia teringat bahawa hari ini ia akan dipanggil untuk kasus yang sama oleh wakasek. dimalam penampilan band sekolahnya wakasek itu terus memburu Rara dan Rara terus menghindarinya hingga tak ditemui oleh wakasek. tapi band yang tampil itu adalah band yang keren dan disana ada cowok yang disukai oleh teman Rara akhirnya ia pun kembali ke tempat itu agar si teman dapat melihat wajah cowoknya.

    setelah acara selesai waksek itu terus memburu Rara dan ia pun berhasil kabur dari wakaek dengan melintasi gerombolan orang yang sedang bubar dari acara konser. namun sayangnya kedua teman Rara ditemui oleh waksek itu, ia pun menyuruh teman Rara untuk utnuk memanggil Rara agar bertemu dengannya di kantin. Rara pun berteriak dan berkata "aku belum siap buat jawab, aku gak mau kesana" suara Rara kemungkinan di dengar o;eh waksek dan wakasek itu berhitung " sampai hitungan tiga kamu gak kesini, satu, dua,...." Rara pun mengejar waksek itu ke kantin dan duduk dihadapannya. "Kenapa pak ?" wakasek itu dim. "oh saya tahu saya akan langsung jelaskan" kata Rara sambil nunduk dan mengangkat  kepala meliht senyum kecil yang waksek pancarkan kepada dirinya. " ya itukan versi kamu" wakaek itu menjawab 

     Rara pun kecewa karea tak dipercayai. ia kembali nunduk, "kamu nagis?" tanya waksek "gak saya gak nagis" jawab Rara dengan nunduk. "saya kasih tahu orang tuamu ya"
"iss misterrrrrr." Rara bangun dan memberontak kusi kantin yang ada dan meninggalkan waksek itu di kantin. pada saat dikantin ada seseorang lagi yang melihatnya yaitu orang yang dianggap ayah oleh Rara ketika ia disekolah. Ayah Rara hanya terdiam dan Rara tak tahu apakah ayahnya itu peduli atau tidak padanya. begitupun Rara tak terlalu perduli lagi dengan ayahnya itu semenjak posisinya digantikan.

   Rara berlari ke asrama, dan berdiri dibawah pohon sambil menceritakan kejadiannya itu ke temanya. ternyata Rara dicari hingga keasrama oleh wakasenya lalu menghampiri Rara. "Lho kamu kok lari?"  "tidak pak soalnya saya mau belajar" Rara mau lari tapi "ehh.. kamu mau kemana?" tanya waksek "mau belajar" jawab Rara. "Tos dulu, kalau kamu tos berarti kamu akan jadi orang sukses" Rara pun mau tos dan meminta hukuman yang pantas untuk dirinya karena sudah melanggar.  namun wakasek itu tak kunjung memberikan hukuman ke Rara.  

    semenjak kejadian itu rara terus meratapinya terkadang ia menangis ketika mengingat kata-kata gurunya dan tatapan mata yang paling ia benci. dari tu Rara tak lagi seprti dulu yang ceria namun layaknya layang-layang yang kehilangan keseimbangan saat berada jauh tinggi diatas dan saat tidak ada angin ia harus terjatuh dan tak akan nai lagi. Begitulah perasaan seorag Rara yang pertama kali melanggar dan akibat difitnah orang. ia menyadari kesalahannya. Dan kini ia menyadari bahwa nama baiknya kini telah tercoreng olah kejadan kecil yang tak dilakoninya. begitu besar ujian tuhan yang harus membuat Rara tetap semangat dan bertahan disekolah itu untuk menemui masa depan yang terang 


    "AKU BERJANJI KETIKA AKU SUKSES AKU AKAN KEMBALI KESEKOLAH INI DAN MEMBAWA SEGUDANG KESUKSESAN UNTUK MEMBUAT MEREKA YANG MENCAMPAHKAN AKU TERBELELEK MELIHAT RARA SUKSES"